Puisi Untuk Keluarga
PUISI
SEORANG ANAK UNTUK AYAH
Ayah.....
Ribuan
kilo jalan yang engkau tempuh
Semak
belukar hutan belantara di lalui
Begitu
besar pengorbanan mu
Lewati
rintang untuk aku anak mu
Ayah....
Kini
usia mu sudah menua
Tubuh
kekar kini memucat
Tenaga
kuat kini mulai melemah
Tatapan
mata kini mulai berkurang
Namun
engkau tetap terus berjalan
Walau
telapak kaki
Penuh
darah... penuh nanah...
Ayah....
Seperti
udara kasih yang engkau berikan
Seperti
hujan doa yang engkau panjatkan
Tak
mampu ku untuk membalas semuanya
Ayah.....
Ingin
aku menangis di pangkuan mu
Sambil
merasakan belain tangan mu yang lembut
Sampai
aku tertidur, bagai masa kecil dulu
PESAN SEORANG
AYAH
Saat
kita masih kecil
Ayah
selalu memberi kata-kata mungil
Berisikan
makna berhati-hati
Supaya
kita selamat di akhir nanti
Dalam
senyum ayah yang sudah layu
Terselip
nafas mengaharu kalbu
Tetes
demi tetes air liur
Menyuruh
kita untuk selalu jujur
Dalam
perjuangan untuk menafkahi keluarga
Meski
susah, lelah dalam mengembara
Bahkan
hutan rimba di kelolanya
Semua
demi kehidupan bahagia
Walau
menghabiskan tenaga
Ayah
selalu berpesan kepada kita
Kalau
nanti kamu berkelana
Jagalah
lidah dan tingga
Jagalah
langkah kaki mu
Jagalah
lengang lengok tangan mu
Jagalah
hati mu
Juga
jagalah mulut mu
Jika
nanti kita di rantau orang
Peliharalah
nafsu mu yang berkembang
Madilah di hili-hilir orang
Duduklah di belakang-lakang
Insya
Allah
Walau
kita terlontar jauh ke ujung dunia
Terdampar
di pulang yang tak kita kenal
Bahkan
sampai ke hujung peta dunia
Kita
akan memperoleh keselamatan
SEHELAI SURAT
UNTUK IBU
Di
ruang kamar yang sederhana
Dengan
linangan air mata
Aku
susun kata perkata
Hingga
menjadi bait-bait yang bermakna
Dalam
selembar kertas berwarna jingga
Tertulis
aksara-aksara dari goresan pena tua
Bahasa
demi bahasa bercerita dengan manja
Meski
isinya mengandung rasa hiba
Dalam
balutan duka
Hanya
berteman kaca mata renta
Coba
ungkapkan salah dan dosa
Juga
tentang sedih dan rasa
Aku
tau aku sudah durhaka
Karena
tak dapat berkumpul bersama
Di
hari Fitri yang penuh barkah
Ibu
maafkan sudah membuat mu sedih
Meski
aku tau kau akan tetap tersenyum
Walau
sedih tapi tak akan murung
Itulah
diri mu ibu ku sayang
Ibu
anak mu tak bisa pulang lebaran ini
Untuk
bersujud ampunan mu
Untuk
bersimpuh mengharapkan doa mu
Meski
aku tau tak cukup secarik kertas jingga ini
Sebagai
tulisan usang permohonan maaf diri
Juga
tak layak goresan penah tua ini
Sebagai
coretan sederhana permintaan ampunan diri ini
Namun
semua apa hendak dikata
Di
antara kita terpenjara jarak
Terpisahkan
bentangan cakrawala
Terhalang
benteng waktu yang tinggi menjulang
Aku
hidup jauh dinegeri seberang
Berjuang
untuk dimasa depan
Meski
hidup dengan seorang tanpa sanak saudara
Penuh
tantangan dan bahaya di depan mata
Bertahun
sudah aku bertualang
Meningalkan
mu ibu di kampung halaman
Meski
terkadang berliang air mata
Kala
sunyi menghampiri jiwa
Ibu.....
Maklumi
lah anak mu ini
Ampunilah
anak mu ini
Ridhoilah
perjalan anak mu ini
Dan
doakanlah anak mu ini
Demi
meraih cita-cita yang saat ini digelutinya
Ibu....
Walau
aku tak ada di depan mata mu
Walau
tak bisa menjabat tangan mu yang sudah tua
Walau
tak bisa memeluk tubuh mu yang mulai rapuh
Apa
lagi untuk menciup telapak kaki mu yang sudah menua
Ibu.....
Dari
kejauhan aku memohon maaf dari mu
Tak
ada yang aku pinta selain doa mu
Tak
ada yang aku damba selain ampunan mu
Ibu.....
Mudahan
sehelai kertas jingga ini
Bisa
menghilangkan kecemasan mu
Hapuskan
rasa gelisah mu
Redupkan
rasa kesedihan hati mu
Meredahkan
rasa rindu mu pada aku anak mu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar